Dilarang Berhenti Menulis di Tengah Jalan
Sepuluh jariku masih sangat sigap menyentuh tombol-tombol lunak keypad notebook. Mengetikkan sebuah kata dari dalam hati ditemani suara auman orang yang terlelap dalam tidurnya. Sungguh tiada gundah tiada gulana, yang terlihat hanyalah sebuah keasyikan dari buah tantangan yang masih jelas sejauh mata memandang.
Aku duduk menghadap jendela yang tertutup kelambu hijau. Kelambu hijau juga menjadi pelindung sekaligus penutup kejamnya dunia yang penuh dengan tipu daya. Memandang ke depan fokus tanpa melirik ke arah sekitarnya. Sekali-kali ku hentikan aktivitas ini, mengingat apa yang telah terjadi dan yang tak mungkin dapat kembali.
Adalah pikiran-pikiran masa depan yang selalu hadir tanpa ku hadirkan. Masa depan yang belum jelas kemana akan melangkah dan kemana akan melabuh. Disebut pengembara, tak pantas; disebut pengemis, tak meminta; disebut orang miskin, tak peduli dengan janji-janji; hanya saja diri ini butuh akhlak terpuji.
Komentar
Posting Komentar
Panduan Berkomentar, Klik disini