Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan

Gambar Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan
masnasih.com - Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan sangat banyak yang membutuhkan. Terlebih lagi bagi seorang pengusaha yang ingin membangun usaha tetapi belum punya modal yang cukup sehingga harus membuat proposal SKB yagar mendapatkan modal tambahan dari pihak ke tiga. Di artikel ini saya akan berbagi proposal SKB yang bisa Anda contoh untuk membuat proposal usaha Anda. Selamat Menikmati.

Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan

BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang mayoritas luas wilayahnya adalah perairan. Ikan adalah salah satu hasil perikanan yang tidak sedikit dihasilkan di Indonesia dan adalah sumber protein hewani yang tidak sedikit dikonsumsi masyarakat. Ikan gampang didapat dengan harga yang relatif murah sampai-sampai dapat dicapai oleh seluruh lapisan masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah paling bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia.
Karena guna yang tinggi tersebut tidak sedikit orang mengkonsumsi ikan baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang adalah hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan adalah makanan utama dalam lauk sehari-hari. 

Ikan adalah produk yang tidak sedikit dihasilkan oleh alam dan didapatkan dalam jumlah melimpah. Akan namun ikan pun adalah bahan makanan yang cepat merasakan proses pembusukan disebabkan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi ialah kondisi yang menyerahkan kesempatan untuk perkembangbiakan bakteri secara cepat. Kelemahan-kelemahan yang dipunyai ikan dialami menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang memunculkan kerugian besar, khususnya pada saat buatan ikan melimpah. Karena itulah semenjak dahulu masyarakat telah berjuang melakukan sekian banyak cara pengawetan ikan supaya dapat dimanfaatkan lebih lama. Proses pengolahan dan pengawetan ikan adalah bagian urgen dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya proses itu usaha penambahan produksi perikanan bakal menjadi sia-sia sebab tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.

Pada dasarnya usaha pengawaetan ini ialah untuk meminimalisir kasar air yang tinggi di tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan ikan dari usaha tradisional hingga usaha modern. Usaha pengawetan ikan dilaksanakan lui penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan lnginan ikan. Hasil dari usaha-usaha pengawetan tersebut paling tergantung 'proses pengawetannya. Bagi mendapatkan bobot terbaik dari proses awetan ikan dapat dilaksanakan dengan menjaga kesucian bahan dan perangkat digunakan, tergolong ikan yang benar-benar masih segar dan garam yang bersih. Usaha pengawetan ikan tidak melulu sebatas pada pengolahan menjadi lauk yang masih berbentuk ikan tetapi pun pengolahan menjadi format lain setelah dibaur dengan bahan-bahan lain. 

Ikan hasil pengolahan dan pengawetan lazimnya sangat digemari oleh masyarakat sebab produk akhirnya memiliki ciri-ciri eksklusif yakni evolusi sifat-sifat daging laksana bau (odour), rasa (flavour), format (appearance) dan tekstur.

Salah satu makanan hasil olahan dari ikan ialah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan 'baku ikan dibaur dengan tepung tapioka ini" sangat disukai masyarakat. Makanan ini sering dipakai sebagai pelengkap saat bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan guna jenis makanan khas tertentu tidak jarang kali dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi hobi masyarakat disebabkan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Di samping rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan pun mempunyai kandungan zat-zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh manusia.. Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan protein pada ikan tidak tidak sedikit yang hilang setelah merasakan pengolahan. Jika dikomparasikan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah. 

Proses penciptaan kerupuk ikan sangatlah simpel dan gampang diusahakan. Industri ini tidak sedikit berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan buatan ikan tinggi. Di samping dapat dicoba dengan perlengkapan modern, usaha ini pun dapat dijalankan dengan perlengkapan trafisiona. Oleh karena Itulah usaha kerupuk ikan tidak sedikit dilakukan oleh lokasi tinggal tangga yang adalah industri mikro. 

Dari segi skala peusahaan, usaha pengolahan kerupuk ikan dilaksanakan oleh perusahaan besar-menengah dan pun perusahaan kecil lokasi tinggal tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut ialah pada teknologl dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses produksinya memakai peralatan dengan teknologi canggih dengan pangsa pasar tersebar balk dl wilayah lokal maupun wilayah lain bahkan ekspor. Berbeda dengan perusaha.an skala besar-menengah, usaha pengolahan kerupuk kecil lokasi tinggal tangga beberapa besar memakai peralatan dengan teknologi yang simpel dan pangsa dengan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar lokal. 

Usaha pengolahan kerupuk ikan tidak sedikit tersebar di distrik Indonesia diantaranya ialah Kepulauan Belitung, Jawa Timur dan Kalimantan. Di Kalimantan sendiri hasil olahan perikanan adalah salah satu produk tumpuan dengan di antara wilayah sentra produksinya di Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu wilayah dengan hasil perikanan yang lumayan tinggi, Kal-Sel mempunyai potensi yang paling besar dalam pengembangan usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan produk perikanan yang familiar dan Kal-Sel diantaranya ialah kerupuk ikan. Meskipun industri pengolahan hasil perikanan tersebar di distrik Kal-Sel, pada wilayah tertentu mempunyai sentra industri yang menghasilkan produk spesifik. Industri kerupuk misalnya tidak sedikit berkembang di wilayah Kuin, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin.

Penyusunan pola pembiayaan usaha pengolahan kerupuk ikan ini didasarkan pada Informasi dari studi lapangan yang dilaksanakan di distrik Kalimantan Selatan. Survey dilaksanakan pada industri pengolahan kerupuk ikan yang adalah industri kecil lokasi tinggal tangga. Industri-industri ini pada dasarnya tidak melulu memproduksi kerupuk ikan saja tetapi pun kerupuk jenis lain laksana kerupuk udang dan kerupuk dengan bahan baku tepung lainnya. 

Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan adalah bisnis yang paling menguntungkan. Peluang pasar domestik maupun ekspor guna komoditi ini masih paling terbuka. Hal ini disebabkan kerupuk ikan adalah konsuumsi keseharian masyarakat sampai-sampai permintaan guna kerupuk ikan relatif stabil bahkan ingin mengalami kenaikan. Selain dapat meningkatkan pendapatan untuk pengusaha, usaha ini pun mampu menolong meningkatkan penghasilan penduduk selama yang akhirnya dominan pada perekonomian daerah. 

Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai akibat sosial yang positif. Industri kecil lokasi tinggal tangga ini dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung ini adalah upaya penciptaan dunia kerja yang meminimalisir jumlah pengangguran di sebuah wilayah. Dilihat dari sisi akibat lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak memunculkan pencemaran Iingkungan. Limbah yang didapatkan dari usaha ini hanyalah air saldo pembersihan yang tidak berisi zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha 

Usaha kerupuk ikan dapat dilaksanakan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil lokasi tinggal tangga sebab proses pembuatannya yang paling mudah. Jenis usaha kerupuk dapat dipisahkan menjadi dua yakni usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek atau tepung beda tanpa gabungan ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya ialah kerupuk Kasandra dengan bahan baku melulu tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku tepung tapioka yang dibaur dengan tepung terigu dan kerupuk impala dengan bahan baku tepung tapioka yang dibaur dengan tepung gaplek.

Setiap pengusaha tidak melulu memproduksi satu ]enis kerupuk saja. Alasan dari memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini ialah bahwa pada prinsipnya proses penciptaan kerupuk nyaris sama sampai-sampai mesin-mesin yang sama dapat digunakan pun untuk memproduksi jenis yang lain. Mesin yang butuh ditambahkan ialah mesin pencetak yang cocok dengan format kerupuk yang diproses. Usaha dengan jenis buatan lebih dari satu pun akan menolong produsen dalam variasi buatan sehingga kerugian dapat diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya, memproduksi kerupuk ikan masing-masing harinya. Selain tersebut dia pun memproduksi kerupuk jenis lain yakni kerupuk puliumlah buatan kerupuk puli ini dicocokkan dengan pesanan yang terdapat dan juga diprovokasi oleh pasar kerupuk ikan. Pada ketika harga kerupuk puli naik ataupun ketika harga kerupuk ikan tidak cukup menguntungkan pengusaha akan menambah jumlah,produksi kerupuk puli. 

Di Kalimantan Selatan, usaha penciptaan kerupuk ikan terdiri atas usaha perorangan dan usaha kelompok. Usaha perorangan tidak sedikit tersebar di semua wilayah di luar kecamatan sentra industri, sementara usaha kelompok tidak sedikit ada di wilayah-wilayah sentra industri. Jumlah buatan usaha perorangan relatif lebih rendah dengan distrik pemasaran di dalam negeri, sementara, usaha kumpulan mempunyai skala usaha yang lebih besar sebab merupakan campuran dari sejumlah usaha pribadi dengan jumlah buatan lebih tidak sedikit dan distrik pemasaran lebih luas hingga ke luar wilayah terutama distrik Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.. 

2.2. Pola Pembiayaan Bank 

Dari segi pembiayaan, usaha penciptaan kerupuk ikan memerlukan ongkos yang relatif sedikit. Untuk mengawali usaha dengan 1 (satu) unit perlengkapan teknologi menengah dibutuhkan dana tidak cukup lebih Rp.500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dipenuhi dengan modal sendiri ataupun beberapa dapat diisi dengan pinjaman dari bank. Kebutuhan ongkos untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan dapat diisi dengan pinjaman bank. 

Pinjaman dari bank bisa berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja. Dari survey yang sudah ada, pengusaha kerupuk ikan yang adalah industri keeil memperotieh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya dinamakan Bank BRI). Kebanyakan dari usaha kerupuk ikan yang mendapat kredit ini adalah usaha perorangan. Pihak Bank BRI Banjaramasin sendiri tidak menyerahkan kredit guna usaha kelompok sebab risikonya terlampau besar sebab seringkali usaha kumpulan menggunakan garansi tanggung renteng. Di samping tidak menyerahkan kredit guna usaha kelompok, Bank BRI Sidoarjo pun tldak menyerahkan kredit guna usaha-usaha di distrik sentra industri. Alasan guna tidak memberi kredit usaha di distrik sentra ini sebab hubungan yang erat diantara penduduk di distrik sentra, sehingga andai salah satu pengusaha merasakan masalah pembayaran kredit akan memprovokasi pengusaha yang lain. Oleh karena itu, survey tidak dilaksanakan pada pengusaha-pengusaha yang berada di distrik sentra industri kerupuk ikan. 

Pada lazimnya pengusaha yang menemukan kredit ialah nasabah yang sudah lama bersangkutan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga pengusaha yang menemukan kredit dari Bank BRI, dua nasabah mendapat kredit sebesar Rp.500.000.000,- dan satu nasabah mendapat kredit sebesar Rp.350.000.000,-. Salah satu nasabah dengan kredit Rp.500.000.000,- sudah mendapat kreditdari Bank SRI sejumlah 2 kali dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar Rp.300.000.000,-. Sedangkan seorang nasabah yang lainnya baru mendapat sekali. Nasabah dengan kredit Rp.350.000.000,- sudah mendapatkan kredit dari Bank BRI sejumlah 3 (tiga) kali. Masing-masing nasabah itu memlilki jangka masa-masa kredit sekitar 1 tahun yang bisa diperpanjang cocok dengan kemampuannya.

Jenis kredit yang diserahkan Bank BRI Banjarmasin ialah kredit investasi dan kredit modal kerja yang setiap mempunyai persyaratan kredit yang berbeda. Bagi kredit investasi, Bank BRI menyerahkan kredit dengan komparasi antara bLaya sendiri dan kredit dengan proporsi ongkos sendiri sebesar 35% hingga 40%. Kredit investasi jangka waktunya 5 tahun dengan graee period sekitar 6 hingga 12 bulan. Bagi kredit modal kerja, plafon dana sendiri yang me sti dipunyai untuk menemukan kredit ini sebesar 30%. Jangka masa-masa kredit modal kerja antara 1 hingga 3 tahun. 

Kredit modal kerja yang diserahkan menggunakan pola tabungan koran. Pola tabungan koran ialah pembiayaan di mana nasabah yang menemukan kredit diwajibkan membuka tabungan di bank bersangkutan. Bank akan menyerahkan kredit sejumlah pengusulan yang diamini dengan jangka masa-masa tertentu. Kredit itu dapat dipungut sewaktu-waktu oleh nasabah sekitar jangka masa-masa kredit yang diberikan. Jumlah kredit ini ditunaikan lunas pada akhir periode dengan kata beda tidak memakai pola angsuran. Dengan pola ini memungkinkan untuk nasabah untuk memungut sejumlah duit yang diperlukan pada waktu-waktu diperlukan. Tingkat suku bunga dihitung masing-masing hari menurut jumlah kredit yang dipungut dan jangka waktu pemungutan kredit. Jangka masa-masa pelunasan bisa diperpanjang cocok dengan keterampilan nasabah. Bank BRI di tingkat unit akan menyerahkan Insentif Pembayaran Tepat Waktu (IPTW) untuk nasabah yang menunaikan tepat pada waktunya. Hal ini dimaksudkan untuk memicu pertumbuhan usaha kecil.

Untuk menemukan kredit, nasabah me sti mengisi persyaratan yang sudah ditentukan oleh bank. Dua hal utama yang dipertimbangkan bank ialah karakter dan agunan. Karakter sehubungan dengan sifat wirausahawan yang tangguh dan ulet serta bertanggungjawab, sampai-sampai pihak bank dapat meyakini bahwa kredit yang diserahkan akan dibalikkan melalui usaha yang sungguh-sungguh. Agunan dapat dikatakan adalah persyaratan yang mutlak me sti terdapat dalam pengusulan kredit. Agunan seringkali berupa sertifikat "Ih/bangunan lokasi usaha. Bagi pengusaha kerupuk ikan di Banjarmasin yang menemukan kredit dari Bank BRI menggunakan garansi berupa sertifikat tanah/bangunan lokasi usaha dan simpanan deposito. 

Industri penciptaan kerupuk adalah industri pengolahan makanan, 'karena tersebut harus mendapat ijin dari Departemen Perindustrian dan dan pangan dan Departemen Kesehatan. Perijinan yang dibutuhkan diantaranya ialah Tanda Kumpulan lndustri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat ljin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Kumpulan Perusahaan dan ijin SB/MD dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO).

Pada mula pengajuan kredit, nasabah pun harus menanggung ongkos Idministrasi yang me sti dilunasi sebelumnya. Biaya administrasi itu meliputi: 

a. Biaya pengikatan garansi 
b. Biaya notaris 
c. Provisi 
d. Biaya administrasi
e. Asuransi resiko 

Kelima jenis ongkos tersebut seluruh ditanggung oleh calon debitur dan me sti dlbayar tunai sebelum kredit yang dikemukakan ditandatangani. 

Persyaratan-persyaratan yang diputuskan di atas relatif gampang dan dapat dlpenuhi oleh calon debitur. Kemudahan lainnya ialah waktu yang dibutuhkan untuk reaHsasi kredit melulu membutuhkan masa-masa 1 (satu) bulan guna nasabah baru, sementara untuk nasabah lama yang adalah perpanjangan kredit melulu membutuhkan masa-masa 3 (tiga) hari. 

BAB III

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar mencantol hal permintaan dan penawaran kerupuk ikan sementara aspek pemasaran mencakup masalah harga, rantai pemasaran, kesempatan pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemasaran kerupuk ikan. 

3.1. Aspek Pasar 3.1.1 Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang. Secara kuantitatif belum terdapat data yang mencerminkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diduga bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, sebab makanan olahan ini tidak sedikit digemari oleh masyarakat luas. Berdasarkan keterangan dari data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), warga wilayah perkotaan (urban) lebih tidak sedikit mengkonsumsi kerupuk dibanding warga wilayah pedesaan (rural). Dengan kata beda dapat disebutkan bahwa pengeluaran guna konsumsi kerupuk distrik perkotaan lebih banyak dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk warga wilayah pedesaan. 

Jumlah konsumsi kerupuk di distrik perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan dikarenakan penghasilan penduduk di kota yang lebih tinggi bila dikomparasikan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas warga yang sehari-harinya bekerja di kota sudah menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain tersebut sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering dilalaikan oleh warga desa sebab lebih konsentrasi pad a pemenuhan keperluan yang lebih pokok. 

Dikatakan bahwa kerupuk adalah makanan yang paling digemari. oleh masyarakat luas wik warga miskin, penghasilan menengah maupun penghasilan tinggi. Dari tabel 3.2. berikut bisa diketahui bahwa semakin tlnggi penghasilan yang dipunyai oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya. 

Tabel 3.2 Konsumsi Kerupuk Rata-rata per Kapita Berdasarkan keterangan dari Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 

Di samping dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan pun telah dlekspor ke luar negeri antara beda ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun jumlah ekspor guna komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam tabel berikut: 
Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Berdasarkan keterangan dari Jenisnya (Kg) 

3.1.2. Penawaran 

Usaha kerupuk ikan tidak sedikit diusahakan di daerah-daerah yang tidak sedikit menghasilkan Ikan khususnya daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar laksana di Kalimantan. Meskipun sejumlah daerah sudah memproduksi kerupuk Ikan, data tentang jumlah buatan kerupuk ikan baik di tingkat nasional maupun wilayah belum dapat diperoleh. Sampai ketika ini belum terdapat survey yang mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional. 

Kerupuk ikan bisa diproduksi keseharian dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja bisa jadi terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan sebab produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan bisa teratasi sampai-sampai pada musim hujan proses buatan masih dapat dilakukan meskipun tidak sejumlah pada musim kemarau. Selain tersebut pasokan ikan yang dapat diperoleh tiap hari dapat memastikan keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar 

Persaingan guna usaha ini lumayan tinggi sebab jumlah usaha penciptaan kerupuk relatif tidak sedikit dan jenis kerupuk yang paling bervariasi. Peluang pasar guna produk kerupuk ini dapat didapatkan dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan warna ataupun format yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang terdapat di pasaran menciptakan konsumen semakin mempunyai tidak sedikit pilihan. 

Di samping produk inovasi baru kesempatan pasar guna kerupuk ikan ialah segmen pasar yang paling luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah hingga masyarakat pendapatan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan bakal meningkat seiring dengan pertambahan jumlah warga dan pertumbuhan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari. 

3.2. Aspek Pemasaran 
3.2.1. Harga 

Harga kerupuk ikan mengekor hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran menurun maka harga kerupuk ingin naik. Banyaknya jumlah usaha dengan sekian banyak jenis kerupuk yang didapatkan menyebabkan jumlah penawaran yang lumayan besar. Dalam masalah harga, produsen tidak biisa menilai harga laksana pada pasar kompetisi sempurna. Pihak yang dapat memprovokasi harga ialah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk cocok selera, sampai-sampai produk van; laku itu akan naik harganya dan bisa menurunkan harga kerupuk jlnls lain. 

Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di 5idoarjo menjangkau Rp.30.000,- hingga Rp.32.500,- per bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau Rp.6.000,- hingga Rp.6.500,- tiap kg. Harga kelrupuk ikan ini lumayan fluktuatif. Perubahan harga itu bervariasi tetapi seringkali masih berada pada kisaran 10%. Kenaikan harga terjadi pada ketika inilah buatan menurun yang diakibatkan oleh eskalasi harga bahan baku dan penurunan buatan terutama pada musim penghujan. 

3.2.2. Rantai Pemasaran 

Rantai pemasaran mencerminkan bagaimana kerupuk ikan hingga krpada konsumen. Pengusaha kerupuk ikan beberapa besar melulu menghasilkan produk hingga pada kerupuk mentah siap goreng. Hasil buatan berupa kerupuk siap goreng dijual ke konsumen akhir (rumah tangga) melewati 3 teknik yaitu: 

1. Usaha penggorengan 

Usaha penggorengan adalah usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas kemudian dipasarkan ke konsumen melewati toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir. 

2. Agen/toko 

Agen/toko ini bermanfaat sebagai pengepul yang akan memasarkan produk kerupuk siap goreng pada penjual ketengan atau langsung untuk konsumen akhir. 

3. Pengecer 

Pedagang yang memasarkan langsung untuk konsumen 
Dari pola pemasaran produk di atas, bisa diketahui bahwa produk bakal sampai pada konsumen akhir dalam dua format yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi. 

Dalam hal ekspedisi produk dari produsen ke konsumen terdapat dua teknik :

1. Diambil langsung ke produsen 
2. Dikirim oleh produsen untuk agen atau toko pemesan

3.2.3. Kendala Pemasaran 

Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan ialah masalah harga: Harga kerupuk ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dikomparasikan jenis kerupuk beda yang tidak menggunakan ikan sebagai campuran. 

Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini mengakibatkan pembeli guna produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas barangkali akan melakukan pembelian kerupuk ikan sebagai keperluan sehari-hari, namun untuk masyarakat dengan penghasilan yang masih rendah konsumsi guna kerupuk ikan ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dirasakan istimewa dan guna konsumsi keseharian lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih murah. Berikut komparasi harga sejumlah jenis kerupuk di tingkat produsen di Banjarmasin guna jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat disaksikan pada Tabel 3.4. 

Tabel 3.4 Jenis Krupuk dan Harganya di Banjarmasin

Dari tabel di atas dapat disaksikan bahwa pada tingkat produsen, harga kerupuk ikan dan udang menjangkau dua kali lipat dari harga jenis kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan dan udang). Terlihat harga kerupuk udang memiliki harga yang sangat tinggi, karena bahan baku berupa udang harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain. Dengan komposisi harga yang demikian tidak mengherankan andai permintaan kerupuk ikan relatif masih rendah khususnya pada masyarakat berpenghasilan rendah.

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Dalam bab ini akan dibicarakan mengenai teknis penciptaan kerupuk ikan. Secara teknis penciptaan kerupuk ikan relatif mudah dilaksanakan karena bahan-bahan yang gampang didapat dan alat-alat yang digunakan lumayan sederhana. 

4.1. Lokasi Usaha 

Lokasi usaha pengolahan produk ikan usahakan dilaksanakan di daerah-daerah yang dekat dengan distrik perairan baik distrik dekat pantai ataupun sungai-sungai besar supaya dapat mendapat bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk penciptaan kerupuk ikan tidak memerlukan tempat usaha yang spesifik. Rumah tangga pada lazimnya dapat mengerjakan usaha ini sepanjang mempunyai tanah lapang yang lumayan untuk proses penjemuran. Pada tempat usaha yang melulu mempunyai tanah sempit dapat mengerjakan penyesuaian dengan menciptakan tempat penjemuran pada unsur atas bangunan yang diciptakan bertingkat. 

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan 
4.2.1. Fasilitas Produksi 

a. Bangunan guna proses buatan 

Bangunan dipakai untuk kegiatan proses buatan yang mencakup penyiapan bahan baku, penciptaan adonan, pencetakan, pengukusan, pendinginan, pemotongan, pengeringan penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang dipakai tergantung pada jenis dan banyaknya kemudahan yang dipunyai atau dengan kata beda skala usaha yang dimiliki. Layout pabrik ditata sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini mempermudah untuk proses pemindahan barang dari setiap tahap. Ruangan untuk lokasi pemotongan contohnya adalah ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk mempermudah proses pengangkutan kerupuk setelah dicukur untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output dicocokkan dengan jumlah produksi.

b. Lahan penjemuran 

Lahan penjemuran guna pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dikomparasikan bangunan tempat buatan yang lain. Tanah yang dipakai untuk penjemuran disemen supaya kerupuk basah yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap guna penyimpanan sedangkan kerupuk yang belum kering pada masa-masa malam hari atau ketika hujan. 

4.2.2. Peralatan 

Kerupuk ikan bisa diproduksi dengan perangkat yang simpel atau dengan perlengkapan dengan teknologi modern. Bagi industri lokasi tinggal tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik guna dikonsumsi sendiri ataupun dipasarkan dengan likala yang masih kecil dapat memakai alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat simpel yang dipakai untuk penciptaan kerupuk ikan yaitu: 

1. Baskom 
2. Dandang 
3. Alat penghancur bumbu (cobek) 
4. Pisau 
5. Tampah (Nyiru) 
6. Kompor 
7. Loyang 
8. Sendok 

Usaha penciptaan kerupuk ikan dengan skala yang besar memakai alat-alat dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi canggih ini dapat meminimalisir jumlah pekerja sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih tidak sedikit dalam masa-masa yang singkat. Adapun peralatan canggih yang dipakai dalam proses penciptaan kerupuk ikan antara lain: 

1. Alat penghancur ikan 

Digunakan guna melumatkan ikan yang telah dimurnikan kepala dan sisiknya sehingga didapatkan daging ikan yang sudah ditumbuk halus dan siap dibaur dengan bahan lain. 

2. Alat pelembut bahan (mulen) 

Mesin ini dipakai untuk melembutkan gabungan ikan yang sudah dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas sampai 10 kg dan bisa dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja. 

3. Bak pencampur bahan 

Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter yang tercipta dari kayu. Ukuran bak ini dapat disesuaikan dengan keperluan kapasitas muatan yang diinginkan. 

4. Pencetak 

Mesin pencetak ini dipakai untuk mencetak adonan, berbentuk silinder sebelum dimasukkan ke cetakan cocok ukuran yang diinginkan. Terdapat pun meja press supaya adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini memerlukan 1 orang tenaga kerja guna menjalankannya. 

5. Alat pengukus (dandang) 

Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang tercipta dari aluminium. 

6. Mesin pemotong 

Mesin pemotong ini dipakai untuk mencukur kerupuk yang sudah diidinginkan sekitar 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja. 

7. Oven 

Oven dipakai untuk mengeringkan kerupuk khususnya pada ketika sinar matahari tidak cukup atau pada ketika musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang tercipta dari eor-coran semen dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas adalah tempat kerupuk yang bakal dikeringkan sementara bagian bawah berupa kolong untuk menyalurkan panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel. 

4.3. Bahan Baku 

Terdapat bermaaam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya memakai bahan baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan adalah kerupuk yang berbahan baku ikan. Berbagai jenis ikan bisa dlgunakan untuk penciptaan kerupuk ikan, tetapi tidak seluruh jenis ikan dapat diciptakan kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering diciptakan kerupuk antara beda Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Di samping ikan, usaha ini memakai bahan baku lain yakni tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur.

Bumbu juga dipakai dalam penciptaan kerupuk ikan guna mennmbal1 rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan ialah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering dipakai sebagai bahan ekstra untuk menyerahkan warna supaya lebih menarik. 

4.4. Tenaga Kerja 

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penciptaan kerupuk tidak memerlukan kemahiran khusus. Dalam urusan ini tenaga kerja lelaki dan perempuan dapat dipekerjakan pada seluruh tahap pembuatan. Akan namun tenaga kerja laki-laki mayoritas ditempatkan pada proses penyiapan bahan, peneetakan, pengukusan, dan pemotongan sementara tenaga kerja wanita tidak sedikit digunakan pada etape pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Di samping tenaga kerja tetap, terkadang dibutuhkan tenaga kerja keseluruhan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau pada musim kemarau dimana proses buatan meningkat. 


4.5. Teknologi 

Dalam usaha penciptaan kerupuk ikan dapat memakai teknologi tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini sehubungan dengan jenis perlengkapan yang dipakai selama proses produksi. 

a. Teknologi tradisional 

Peralatan yang dipakai pada teknologi ini mudah didapatkan sebab adalah peralatan yang sering digunakan dalam lokasi tinggal tangga pada umumnya. Di samping alat, tenaga kerja merupakan hal utama dalam hasil buatan kerupuk, sebab sejumlah proses buatan mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan perlengkapan sederhana ini sangat memprovokasi jumlah buatan yang didapatkan dan mutu. Dengan melulu menggunakan teknologi tradisional ini terkadang melulu dapat menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas buatan dengan alat simpel ini paling keeil dengan bobot yang tidak cukup baik. 

b. Teknologi canggih 

Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern memakai peralatan laksana mesin cetak otomatis yang menghasilkan format yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih eepat dan pemakaian oven, Penggunaan teknologi ini bisa menghasilkan jumlah buatan yang berlipat-lipat bila dikomparasikan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilaksanakan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain tersebut dengan teknologi ini bakal menghemat jumlah tenaga kerja yang dipakai yang bakal menurunkan ongkos operasional.

c. Teknologi menengah 

Pada penciptaan kerupuk dengan teknologi menengah memakai peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.

4.6. Proses Produksi 

Pengolahan kerupuk ikan melulu dari pengolahan bahan mentah hingga pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pengolahannya ialah sebagai berikut: 

1. Proses penyiapan bahan baku 

Proses penyiapan bahan baku ialah persiapan daging ikan, tepung serta bumbu-bumbu cocok dengan perhitungan komposisi setiap bahan untuk masing-masing adonan. Dalam proses ini Bahan baku ikan butuh mendapat perhatian utama. Mutu ikan yang dipakai akan memprovokasi mutu buatan kerupuk ikan, oleh karena tersebut perlu dipilih ikan yang masih segar. bengan demikian dibutuhkan pengetahuan untuk memahami tanda-tanda ikan dengan bobot yang baik (masih segar). 

Sebelum dihaluskan, ikan dimurnikan dahulu dengan eara menghilangkan sisik, insang, maupun isi perutnya lantas dieuci hingga bersih. Bagian tubuh yang keras, laksana duri maupun tulang dilemparkan karena bisa menurunkan bobot kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya ikan itu digiling hingga halus. Di samping itu bahan baku berupa tepung dan telur serta bumbu disiapkan guna proses adonan. 

2. Proses pembentukan adonan 

Adonan diciptakan dari tepung tapioka yang dibaur dengan bumbu-bumbu yang digunakan. Tepung diberi air dingin sampai menjadi adonan yang kenta!. Bumbu dan ikan yang sudah digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas sampai lumat dan rata. Adonan ini lantas dimasukkan ke dalam mulen guna pelembutan, dan akan didapatkan adonan yang kenyal dengan gabungan bahan merata. 

3. Pencetakan 

Pencetakan adonan dapat dilaksanakan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan memakai tangan adonan disusun silinder dengan panjang tidak cukup lebih 30 cm dan diameter 5 cm. Dengan pertolongan alat cetak adonan ini dapat diciptakan dalam format serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di "press" guna mendapatkan adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang tercipta dari aluminium,

4. Pengukusan 

Adonan berbentuk silinder lantas dikukus dalam dandang selama tidak cukup lebih 2 jam hingga masak. Untuk memahami apakah adonan kerupuk sudah masak atau belum ialah dengan teknik menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tioak melekat pada lidi berarti adonan sudah masak. Cara lain guna menilai masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat dilaksanakan dengan mengurangi adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali laksana semula, dengan kata lain adonan sudah masak. 

5. Pendinginan 

Adonan kerupuk yang sudah masak segera diusung dan didinginkan. Bagi mencungkil dari cetakan, seringkali adonan disiram dengan air. Adonan lantas didinginkan di angkasa terbuka tidak cukup lebih 1 (satu) hari atau tidak cukup lebih 24 jam sampai adonan menjadi keras dan gampang diiris. 

6. Pemotongan 

Tahap selanjutnya ialah pernotongan adonan kerupuk yang sudah dingin. 
Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini pun dapat dilaksanakan secara simpel yaitu mengiris adonan dengan pisau yang tajam. Pengirisan dilaksanakan setipis barangkali dengan tebal kira-kira 2 mm, supaya hasilnya baik saat digoreng. Untuk mempermudah pengirisan, pisau dilumuri dahulu dengan minyak goreng. 

7. Penjemuran/pengeringan 

Adonan yang sudah diiris-iris lantas dijemur hingga kering. Penjemuran dilaksanakan di bawah sinar matahari tidak cukup lebih 4 jam. Pada ketika musim hujan guna pengeringan kerupuk yang masih basah dapat dilaksanakan dengan oven (dryer) selama tidak cukup lebih 2 jam. Tetapi kerupuk yang dikenngkan dengan sinar matahari hasilnya bakal lebih bagus dikomparasikan jika memakai oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari andai digoreng bakal lebih mengembang. Hal ini bakal lebih menguntungkan semua pengusaha penggorengan kerupuk dan akan memprovokasi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan memakai sinar matahari lebih disukai dikomparasikan dengan memakai oven. 

8. Pengepakan 

Setelah kering, kerupuk segera diusung dari jemuran. Kerupuk yang sudah kering bisa segera dibalut dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng dikemas dalam plastik sebanyak berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik itu disebut bal, dimana per bal bisa mengandung 5 kg atau 10 kg kerupuk. 

Jika dicerminkan dalam format diagram alir, proses penciptaan kerupuk llean ialah sebagai berikut: 
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Ikan

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi 

Dengan memakai teknologi sederhana, jumlah buatan kerupuk masing-masing hari yang didapatkan sedikit. Dengan perlengkapan yang masih simpel dan kapasitas buatan yang masih rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, penciptaan kerupuk ikan membutuhkan waktu yang lebih lama sampai-sampai dalam sehari terkadang melulu dapat mengerjakan 1 (satu) kali adonan dengan jumlah buatan rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi canggih dalam satu hari dapat dilaksanakan 2-3 kali adonan dengan jumlah buatan per adonan dapat lebih dari 1 ton. 

Usaha pengolahan kerupuk ikan seringkali tidak melulu menghasilkan satu jenis kerupuk ikan. Usaha ini pun menghasilkan jenis kerupuk lain laksana kerupuk udang atau kerupuk tepung sebagai penganekaragaman usaha. guna mengantisipasi bila bahan baku ikan susah didapat sampai-sampai usaha tidak macet. Terdapat sekian banyak jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang digunakan. 

Dari sekian banyak jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk itu harus mengisi standar bobot produk kerupuk ikan yang ditetapkan. Selain tersebut kerupuk ikan me sti bebas dari bahan-bahan pengawet yang bisa membahayakan kesehatan manusia. Adapun standar bobot kerupuk disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 4.2. Standar Mutu Kerupuk

4.8. Produksi Optimum 

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari studi lapangan, komposisi tdonan mempunyai perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya. Komposisi ini bisa menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu andai digoreng bakal mengembang dengan baik. Apabila proses penciptaan kerupllk ikan berlangsung optimal maka dari komposisi adonan itu dapat didapatkan 300 - 330 kg kerupuk (rendemen 76-85 %)

4.9. Kendala Produksi 

Dilihat dari segi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak mendatangi kesulitan. Setiap proses buatan dapat digarap oleh tenaga kerja tanpa memerlukan kemahiran khusus. Kesulitan yang tidak jarang dijumpai dalam usaha ini ialah ketika terjadi kelangkaan bahan baku ikan dan penurunan buatan pada ketika musim hujan. 

Kesulitan bahan baku terjadi saat pasokan ikan menurun sehingga mengakibatkan harga ikan naik. Pada situasi ini pengusaha kerupuk merasakan penurunan pasokan ikan sebab jumlah buatan ikan yang menurun itu lebih tidak sedikit diarahkan guna konsumsi keseharian secara langsung. Di pihak beda pengusaha tidak dapat mendongkrak harga cocok dengan eskalasi harga bahan bakunya sebab tidak dapat memprovokasi harga kerupuk ikan di pasar. Hal berikut yang mengakibatkan pengusaha meminimalisir jumlah produksinya. Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah buatan dan penurunan bobot produk. Penurunan jumlah buatan dikarenakan kurangnya sinar matahari yang menghambat proses penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat dilaksanakan dengan oven (dryer), namun jumlah produk yang didapatkan juga sedikit karena mutunya tidak sebagus andai pengeringan dengan sinar matahari. 

Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan pun menurunkan bobot kerupuk sebab harus dijemur berhari-hari. Kendala buatan di atas seringkali diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam jumlah yang besar pada musim kemarau guna stok musim hujan, sebab pada musim hjjan terjadi eskalasi harga kerupuk yang disebabkan oleh jumlah permintaan yang tldak dapat diperrmhi oleh produsen laksana hari-hari biasanya.

BAB V

ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Pola Usaha 

Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa seorang pengusaha kerupuk tidak melulu memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi pun memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini adalah salah satu strategi guna memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas. Untuk meneliti aspek finansial dari usaha kerupuk ikan sebenarnya diprovokasi juga oleh jenis kerupuk beda yang diproduksi, akan namun dalam analisis ini melulu akan meneliti aspek finansial dari usaha yang melulu memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang dipakai dalam proses produksi ialah teknologi menengah dengan kapasitas buatan optimal 310 kg kerupuk masing-masing satu kali adonan. 

5.2. Asumsi dan Parameter Bagi Analisis Keuangan 

Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan ongkos didasarkan pada asumsi yang terangkum dalam Tabel 5.1. Periode proyek ialah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai kini (present value) ialah tahun ketika ongkos investasi mula dikeluarkan. Dengan memakai mesinjperalatan dan jumlah tenaga kerja laksana yang tertera dalam tabel asumsi, seorang pengusaha dapat memproduksi 310 kg kerupuk. Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp.6.000,-, Hari kerja sekitar setahun sejumlah 285 hari. Tenaga kerja keseluruhan bekerja sekitar 200 hari. 

Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter guna Analisis Keuangan

5.3.Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional 

a. Biaya Investasi 

Biaya investasi merupakan ongkos tetap yang besarnya tidak diprovokasi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi guna usaha kerupuk ikan terdiri dari sejumlah komponen diantaranya ongkos perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau perlengkapan produksi, peralatan penyokong dan sarana transportasi.

Biaya perijinan mencakup ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah ongkos Rp.600.000,- dan masa berlaku sekitar 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun, sampai-sampai setiap tahun me sti dikeluarkan ongkos untuk komponen sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilaksanakan reinvestasi guna pembelian mesin atau perlengkapan produksi yang usia ekonomisnya tidak cukup dari 5 tahun. Jumlah ongkos investasi borongan pada tahun 0 ialah Rp.299.339.000,-. 

Tabel 5.2 Biaya investasi 

Komponen terbesar untuk ongkos investasi ini ialah sewa tanah yang menjangkau 50,11% dari total ongkos investasi pada mula usaha. Komponen terbesar kedua ialah biaya pembelian mesin/peralatan buatan yaitu sebesar 35,74% dari total ongkos investasi. Sedangkan 14,15% sisa ongkos untuk investasi merupakan ongkos investasi guna pembelian perlengkapan lainnya, mobil angkutan dan perijinan. 

b. Biaya Operasional 
Biaya operasional merupakan ongkos varia bel yang besar kecilnya diprovokasi oleh jumlah produksi. Komponen dari ongkos operasional ialah pengadaan bahan baku dan pembantu, perlengkapan operasional, ongkos transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja. Biaya operasional selama setahun dihitung menurut jumlah hari buatan . Jumlah hari buatan dalam satu tahun 285 hari (asumsi yang digunakan ialah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi sekitar 16 hari). 

Biaya operasional yang dibutuhkan selama satu tahun menjangkau Rp.711.298.900,-Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total ongkos operasional per tahun. Komponen ongkos terbesar kedua ialah biaya pemakaian tenaga kerja yang menjangkau 15,45% dari total ongkos operasional tiap tahunnya. 

Tenaga kerja yang dipakai terdiri dari tenaga kerja tetap dan keseluruhan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari anggota family dengan upah/gaji tenaga manajerial dianggap dua kali Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja keseluruhan hanya dipakai dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, sebab hanya diperlukan pada ketika terjadi eskalasi permintaan. 

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja 

Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak me sti diisi sendiri. Jumlah modal yang diperlukan untuk mengawali usaha kerupuk ikan sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang diongkosi oleh bank sebesar 70% dari total keperluan investasi. Dengan kata beda pengusaha me sti meluangkan dana sendiri sebesar 30% dari total dana investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar Rp.209.537.300,-. 

Besarnya kredit modal kerja ditentukan menurut keperluan dana mula u.ntuk satu kali siklus produksi. Usaha penciptaan kerupuk ikan memiliki slklus Produksi (dan pembua.tan sampai mendapat penerimaan dari penjualan) tidak cukup leblh sekitar 30 hari atau 1 bulan. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang diperlukan adalah: 

Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x ongkos operasional sekitar 1 tahun 

= (30/285) x Rp.711.298.900 
= Rp.74.873.568,- 

Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari keperluan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-. 
Jumlah dan sumber dana guna usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4. berikut: 

Tabel 5.4. Kebutuhan Dana guna Investasi dan Modal Kerja 

Jangka masa-masa kredit guna investasi sekitar 5 tahun tanpa grace period sementara kredit modal kerja yang dipakai dalam analisis ini berjangka masa-masa 1 tahun. Kredit modal kerja pada kenyataannya bisa diperpanjang lagi masa jatuh temponya dicocokkan dengan keterampilan pengusaha membayarnya. Tingkat suku bunga yang digunakan ialah sebesar 17% masing-masing tahun menurun. Dengan demikian jumlah cicilan pokok inilah btJnga yang me sti ditunaikan setiap bulan untuk setiap jenis kredit bisa dihitung. Tabel 5.7. mengindikasikan kumulatif cicilan (angsuran pokok dan bunga) guna kredit investasi dan modal kerja yang me sti ditunaikan setiap tahunnya. 

Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja 

5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor 

Jumlah buatan selama setahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini didapatkan dari jumlah adonan masing-masing tahun dikalikan dengan jumlah buatan per adonan. Dalam satu tahun dilaksanakan adonan 570 kali dengan jumlah buatan per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk ikan dianggap sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga penghasilan produksi kerupuk masing-masing tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-. Pendapatan sampingan didapatkan dari penjualan kantong bekas tepung tapioka (sak) masing-masing tahun rata-rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan kotor dalam satu tahun disajikan dalam Tabel 5.6. 

Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun 

Dari label 5.6. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha penciptaan kerupuk ikan ialah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan guna aliran ongkos terdiri dari ongkos investasi dan ongkos operasional yang telah diterangkan pada sub bab sebelumnya. 

5.6. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point 

Tingkat deviden atau profitabilitas dari usaha yang dilaksanakan adalah baglan pentlng dalam analisis finansial dari rencana pekerjaan investasi. Keuntungan dihitung dan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7. mengindikasikan keuntungan (surplus) sekitar periode proyek. 

Hasil perhitungan proyeksi laba rugi mengindikasikan bahwa pada tahun kesatu usaha ini sudah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini bakal meningkat guna tahun-tahun berikutnya sebab komponen biaya cicilan kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata sekitar periode proyek ialah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin rata-rata per tahon sebesar 18,46%. 

Den?an mempertimbangkan ongkos tetap, ongkos variabel dan hasil penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis didapatkan BEP rata-rata sekitar 5 tahun guna usaha ini ialah sebesar Rp.362.713.898,- atau dengan jumlah buatan sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga kerupuk ikan per kg sebesar Rp.6.000,-

Tabel 5.8 Kelayakan Usaha

Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa jangka masa-masa pengembalian seluruh ongkos investasi ialah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha ini layak dilakukan karena jangka masa-masa pengembalian investasi lebih kecil dari periode proyek. Dilihat dari sisi kelayakan kredit, usaha ini layak diongkosi karena jangka masa-masa yang diperlukan untuk membalikkan kredit hanyc 2 tahun 6 bulan. 

5.8. Analisis Sensitivitas 

Dalam analisis proyek investasi kerupuk ikan ada ketidakpastian yaig akan memprovokasi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilaksanakan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilakukan sensitif terhadap evolusi harga-harga input dan output. Dalam analisis sensitivitas ini dipakai 3 skenario yakni : 

1. Skenario I 

Pendapatan proyek merasakan penurunan sedangkan ongkos investasi can ongkos operasional dirasakan tetap. Penurunan pendapatan dapat diakibatkan oleh penurunan harga kerupuk, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah buatan yang menurun. 

2. Skenario II 

Siaya operasional mengalami eskalasi sedangkan ongkos investasi den penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan ongkos operasional dapat terjadi sebab kenaikan harga input guna operasional laksana bahan baku, perlengkapan operasional, dll. 

3. Skenario III 

Skenario ini merupakan campuran dari skenario I dan skenario II ya:u dianggap penerimaan proyek merasakan penurunan dan ongkos operasioral merasakan kenaikan, sedangkan ongkos investasi tetap. 

Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam .Tabel berikut: 

Pada skenario I, dengan penurunan penghasilan proyek sebesar 2,5%, proyek ini masih layak diongkosi karena pada tingkat suku bunga 17%, net B/C sebesar 1,37, NPV sebesar Rp.138.501.442,- nilai IRR 35,94%, periode pengembalian baik kredit investasi dan kredit modal kerja tidak cukup dari 5 tahun sampai-sampai proyek ini layak dicoba dan diongkosi oleh bank. 

Pada penurunan penghasilan sebesar 3%, didapatkan Net B/C ratio sebesar 1,32, NPV yang didapatkan sebesar Rp.21.519.824,- dan IRR 33,76. Jangka masa-masa pengembalian kredit sekitar 4 tahun 5 bulan namun jika disaksikan dari jangka masa-masa pengembalian investasi, usaha ini tidak layak dilaksanakan karena payback periodnya •melebihi periode proyek yang melulu 5 tahun (tabel 5.9). 

Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I 

Pada skenario II, dengan kenaikan ongkos operasional sebesar 4%, proyek Inl masih layak dilaksanakan dengan net B/C sebesar 1,35, NPV Rp,132.381.873,¬IRR sebesar 35,16% dan jangka masa-masa pengembalian kredit investasi dan kredit modal kerja tidak cukup dari 5 tahun. Dengan demikian pad a tingkat kenaikan ongkos operasional sebesar 4%, usaha ini masih pantas untuk diongkosi oleh bank. Jika kenaikan ongkos 5%, proyek ini tidak pantas diusahakan disaksikan dari payback period usahanya, sebab jangka masa-masa pengembalian investasi melebihi periode proyek. Tetapi bila disaksikan dari kriteria investasi lainnya proyek ini masih pantas dlusahakan dengan net SIC sebesar 1,29, NPV Rp.109.624.959 dan IRR sebesar 32,22%. Sedangkan pay back period kredit sekitar 4 tahun 8 bulan (tabel 5.10) 

Pada skenario III pada ketika terjadi penurunan penghasilan sekaligus kenaikan, ongkos operasional maslng-masing sebesar 1,5%, proyek ini masih layak ditunaikan dengan net SIC sebesar 1,37, NPV sebesar Rp.138.329.306,¬IR~ ~5,91 % dan lama pengembalian kredit sekitar 4 tahun 7 bulan. Dilihat dan jangka masa-masa pengembalian kredit, usaha ini layak diongkosi oleh bank sebab pay back period guna kredit sekitar 3 tahun 8 bulan. 

Pada penurunan penghasilan dan kenaikan ongkos operasional masing¬-masing se.besar 2%, proyek ini masih layak dilakukan Hal tersebut dapat dilihat dan Net SIC yang didapatkan 1,29, NPV sebesar Rp.109.969.231. IRR yang dlperoleh masih jauh dari tingkat suku bunga yakni 32,26%. Tetapi bila disaksikan jangka masa-masa pengembalian investasi proyek ini menjadi tidak layak sebab memerlukan 6 tahun 1 bulan dimana jangka masa-masa ini melebihi periode proyek (tabel 5.11) 

Hasil analisis sensitivitas di atas mengindikasikan bahwa proyek ini lebih sensitif dengan penurunan pendapatan dikomparasikan kenaikan ongkos operasional. Dengan menyimak kriteria jangka masa-masa pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan penghasilan sebesar 3%, dengan kata lain jika penurunan pendapatan lebih banyak dari. 3% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan Jika dllihat dari perubahan ongkos operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan ongkos operasional sebesar 5% dengan asumsi ongkos investasi dan penghasilan tetap. Analisis sensititivitas campuran menunjukkan bahwa proyek ini sensitive pada kenaikan ongkos operasional 

BAB VI

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Dalam bab ini akan dibicarakan aspek ekonomis, sosial dan akibat lingkungan dari usaha kerupuk ikan. Aspek ekonomis sehubungan dengan akibat usaha ini terhadap perekonomian baik untuk pengusaha maupun untuk perekonomian secara umum di distrik sekitarnya. Aspek hemat sangat berhubungan erat dengan aspek sosial karena akibat yang ditimbulkan mempunyai sifat sosial yakni menyangkut keperluan orang beda terutama di dekat wilayah usaha. Sedangkan aspek lingkungan menyangkut akibat dari usaha kerupuk ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak terhadap lingkungan khususnya timbul sebab setiap usaha menghasilkan limbah yang barangkali dapat mengganggu ekosistem lain.

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial 

Usaha penciptaan kerupuk ikan mempunyai akibat yang positif baik untuk pengusaha maupun warga wilayah setempat. Untuk pengusaha akibat ekonomis dari usaha ini ialah peningkatan pendapatan. Usaha kerupuk ikan adalah bisnis yang paling menguntungkan sebab mempunyai kesempatan pasar yang paling luas. Banyaknya industri lokasi tinggal tangga guna usaha ini bisa memacu eskalasi pendapatan lokasi tinggal tangga sampai-sampai kesejahteraan lokasi tinggal tangga meningkat. Secara makro buatan kerupuk ikan yang tinggi dapat menyerahkan kontribusi untuk pendapatan wilayah setempat. Meskipun dapat dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah, namun perlu dikenang bahwa komoditi ini bisa diproduksi dalam jumlah besar dalam masa-masa yang singkat. Kesempatan guna ekspor ke luar negeri masih tersingkap lebar sampai-sampai dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkan devisa. 

Di samping adalah bisnis yang menguntungkan, usaha ini bakal memberi akibat sosial yang positif melewati penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada seringkali berasal dari saudara, tetangga selama atau warga wilayah setempat. Dengan membuat pekerjaan yang bisa menyerap pekerja dari distrik sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah menolong mengurangi jumlah pengangguran terutama di wilayah tersebut. Dengan berkurangnya pengangguran di wilayah tersebut akan menambah pendapatan sebagaimana diterangkan sebelumnya. 

6.2 Aspek Dampak lingkungan

Aspek akibat lingkungan sehubungan dengan akibat limbah yang dlhasilkan dari usaha ini ialah tidak menghasilkan Iimbah yang membahayakan untuk manusia maupun lingkungan lokasi tinggalnya. Hasil limbah mayoritas adalah air kotor saldo pembersihan. Biasanya air ini dilemparkan melalui drainase air dan bisa langsung meresap ke tanah. Air limbah ini tidak berisi zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah, dan tanaman. Di samping air, usaha ini pun menimbulkan bau amis dari ikan yang diolah. Akan namun bau ini tidak hingga mengganggu udara secara luas sebab jangkauannya tidak jauh. Dapat disebutkan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman untuk Iingkungan sebab tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagl kehidupan insan dan lingkungan sekitarnya. 

BAB VII 
KESIMPULAN DAN SARAN 

7.1. Kesimpulan 

a. Usaha penciptaan kerupuk ikan yang dilaksanakan oleh masyarakat di Banjarmasin adalah usaha dengan skala keci!. 
b. Kegiatan usaha yang dilaksanakan menggunakan perlengkapan dengan teknologi menengah. 
c. Dana guna investasi dan modal kerja bersumber dari bank dan modal sendiri. Banyak industri kerupuk yang mudah mendapat pembiayaan dari bank. 
d. Permintaan kerupuk ikan relatif tinggi dengan konsumen dari sekian banyak lapisan masyarakat. 
e. Usaha kerupuk ikan memiliki peluang yang besar guna dikembangkan baik guna konsumen domestik maupun guna ekspor. 
f. Harga kerupuk ikan pada tahun 2009 di tingkat produsen berkisar antara Rp.6.000,- hingga Rp.6.500,- per kg. Sedangkan harga di tingkat konsumen akhir menjangkau Rp.9.000,- hingga Rp.10.000,- per kg. Harga ini tidak jarang mengalami ketidaktetapan dengan kisaran 10%. 
g. Dari segi teknis, usaha kerupuk ikan sangat gampang dan cepat diadopsi oleh masyarakat sebab prosesnya paling sederhana. 
h. Usaha dalam analisis ini memakai kredit (investasi dan modal kerja) sebesar Rp.261.948.798. dengan jangka masa-masa kredit investasi 5 tahun dan kredit modal kerja 1 tahun dan bunga 17% (menurun) per tahun. 
i. Serdasarkan analisis kelayakan keuangan terhadap usaha kerupuk ikan, pada tingkat discount rate 17%, net SIC ratio sebesar 1,60 NPV sebesar Rp.223.409.530,- dan nilai IRR 46,37%. Dari analisis PSP, proyek ini dapat mengembalikan modal investasinya dalam masa-masa 3 tahun 11 bulan. Pay back period guna kredit sekitar 2 tahun 6 bulan. 
j. Dengan mengacu pada jangka masa-masa pengembalian investasinya, dari analisis sensitivitas terhadap evolusi penerimaan dengan asumsi ongkos operasional dan investasi konstan, mengindikasikan bahwa proyek ini sensitif pada penurunan penerimaan sebesar 3% sampai-sampai proyek ini tidak pantas diusahakan.
k. Analisis sensitivitas terhadap'perubahan ongkos operasional dengan asumsi penerimaan proyek dan ongkos investasi konstan menunjukkaR bahwa proyek ini sensitif pada kenaikan ongkos operasional hingga 5% dan proyek ini tidak layak dicoba 
l. Analisis sensitivitas terhadap evolusi penerimaan proyek dan ongkos operasional, proyek ini sensitif pada penurunan penghasilan 'proyek dan kenaikan ongkos operasional setiap 2% dan proyek ini tidak pantas diusahakan. 

7.2 Saran 

a. Untuk mengawal kelangsungan buatan dengan ongkos yang relatif rendah pengusaha kerupuk ikan butuh menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku, khususnya untuk tepung tapioka yang jumlah produsennya terbatas dengan harga yang fluktuatif. 

b. Untuk menambah jumlah penjualan butuh pemasaran yang baik, pada usaha kerupuk ikan ini hubungan personal antara produsen dengan penjaja adalah kunci guna nielebarkan jaringan pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta, 1989. 
Badan Pusat Statistik, 2003

Demikianlah Artikel tentang Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat.

Baca Artikel Bisnis Lainnya.

Komentar

Postingan Populer