Hakikat Perubahan Sosial

Perubahan Sosial
masnasih.com - Jika kita melakukan kilas balik, tiga atau empat tahun yang lalu, dibandingkan dengan apa yang terjadi saat ini, maka akan ada banyak perubahan yang terjadi, baik yang direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta cepat atau lambat.

Jelas bahwa semuanya sudah berubah. Tidak ada yabg statis. Semuanya telah mengalami perubahan, sesuai tuntutan zaman. Beberapa tahun lalu, orang masih jarang menggunakan telepon genggam (HP). Namun saat ini, kebanyakan orang sudah mengenal alat komunikasi tersebut. Penggunaan alat tersebut memiliki pengaruh pada cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Kita tidak perlu lagi ke rumah atau warung telepon untuk berkomunikasi dengan orang lain di tempat yang jauh. Dengan telepon genggam kita bisa berkomunikasi sambil berjalan, berbelanja, dan sebagainya.

Bila kita perhatikan satu-persatu, maka akan ada banyak perubahan yang terjadi di dalam masyarakat kita. Perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dapat kita sebut sebagai perubahan sosial.

Pengertian Perubahan Sosial

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan tersebut merupakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala umum yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Ia selalu mencari sesuatu yang baru, bagaimana mengubah suatu keadaan agar lebih baik. Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin mengubah suatu keadaan agar lebih baik. Manusia merupakan makhluk yang ingin selalu berubah, aktif, inovatif, agresif, selalu berkembang, dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.

Perbedaan perubahan antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain atau antara kurun waktu yang satu dan kurun waktu lainnya hanyalah terletak pada tingkat kecepatan perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi di masyarakat meliputi perubahan norma-norma sosial, pola-pola sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan wewenang.

Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsaat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial. Sebagai contoh, perubahan dalam bidang teknologi komunikasi dari bentuk telegram hingga telepon seluler (Handphone). Akan tetapi, perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial.

Secara teoritis perubahan sosial dan perubahan kebudayaan dapat dipisahkan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, tidak mudah menentukan garis pemisah antara keduanya karena tidak ada maayarakat yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan tanpa ada masyarakat sebagai pendukungnya.

"Perubahan sosial dapat berarti adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan baru. Perubahan sosial mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, serta perilaku individu dan kelompoknya.

Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi kebutuhannya.

Mengapa perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan kebudayaannya?

Hal itu terjadi karena alasan-alasan berikut.
  1. Menghadapi masalah-masalah baru. Manusia selaku masyarakat berbudaya selalu menghadapi masalah baru yang mengharuskan adanya pemikiran, usaha, dan peralatan baru untuk memecahkannya. Begitu suatu masalah terpecahkan, tak mustahil muncul masalah dan kebutuhan baru yang menuntut adanya pemecahan. Contohnya, semakin mampu suatu masyarakat untuk membeli kendaraan pribadi, semakin banyak pula permasalahan baru yang menuntut pemecahannya. Di antaranya adalah penanggulangan kepadatan dan kemacetan lalu lintas di jalan raya, penanggulangan polusi udara oleh asap kendaraan bermotor, dan penyedia parkir kendaraan bermotor. Oleh karena itu, kita katakan bahwa proses perubahan masyarakat tak akan ada akhirnya, sepanjang masyarakat itu masih ada.
  2. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris kebudayaan. Bertahannya kebudayaan yang berpola dalam suatu masyarakat sangat tergantung pada hubungan antarwarga masyarakat yang mewariskan kebudayaan tersebut. Tidak semua orang dalam suatu masyarakat memiliki pandangan dan sikap yang sama tentang kebudayaan mereka senndiri. Misalnya, dikalangan masyarakat yang bersandar pada sistem budaya agama tertentu, tidak jarang bermunculan para pembaharu yang membawa perubahan, seperti adanya gerakan protestantisme dalam kalangan pemeluk agama kristen atau adanya gerakan wahabi dalam ajaran Islam.
  3. Lingkungan yang berubah. Lingkungan tempat suatu masyarakat hidup juga berubah secara konstan sebagai akibat perlakuan manusia.
Secara umum, kecenderungan suatu masyarakat untuk berubah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
  1. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada.
  2. Timbulnya keinginan untuk mengadakan perbaikan. 
  3. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri sehingga berusaha mengadakan perbaikan.
  4. Adanya usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
  5. Banyaknya kesulitan yang dihadapi yang memungkinkan manusia berusaha untuk dapat mengatasinya.
  6. Tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan adanya keinginan untuk meningkatkan taraf hidup.
  7. Sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal baru, baik yang datang dari dalam maupun dari luar masyarakat tertentu.
  8. Sistem pendidikan yang dapat memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Akan tetapi masyarakat pun memiliki kecenderungan untuk mempertahankan nilai-nilai lama. Hal itu dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini.
  1. Adanya unsur yang mempunyai fungsi tertentu dan sudah diterima oleh masyarakat secara luas. Contohnya, sistem kekerabatan dan solidaritas kekerabatan pada suku atau etnis tertentu yang mempunyai fungsi sangat penting bagi masyarakat.
  2. Adanya unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil. Misalnya, mayoritas makanan pokok rakyat Indonesia adalah nasi. Walaupun telah mengenal berbagai jenis makanan lain yang lebih lezat, masyarakat Indonesia cenderung tetap mempertahankan nasi sebagai makanan pokoknya.
  3. Adanya unsur menyangkut agama yang dianut masyarakat. Mayoritas rakyat Indonesia memeluk agama Islam. Namun, sebelumnya, di Indonesia berkembang agama Hindu yang memiliki beraneka ragam kebiasaan yang sekarang masih banyak dilakukan oleh umat Islam, seperti selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari bagi orang yang telah meninggal. Kebiasaan itu sulit untuk dihilangkan, bahkan mungkin jika seseorang tidak mengadakan upacara selamatan seperti ini, orang itu akan merasa bersalah bahkan berdosa.
  4. Adanya unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan filsafat hidup bangsa.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa perubahan sosial memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.
  1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara cepat ataupun lambat.
  2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti pula oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya yang merupakan suatu mata rantai.
  3. Perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang baru.
  4. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

Pandangan Para Tokoh tentang Perubahan Sosial

Perubahan sosial memiliki makna yang sangat luas dan mencakup berbagai segi kehidupan manusia seperti ekonomi, sosial, dan politik. Karena itu, perubahan sosial budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat menyangkut perubahan nilai, pola perilaku, organisasi sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, serta segi kemasyarakatan lainnya. Berikut beberapa pandangan para tokoh tentang perubahan sosial.

Selo Soemardjan

Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Kingsley Davis

Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan. Demikian pula dalam organisasi-organisasi lain, seperti organisasi politik dan ekonomi.

John Lewis Gillin dan John Philip Gillin

John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Samuel Koenig

Samuel Koenig menyatakan bahwa perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi ini bisa terjadi karena faktor-faktor intern ataupun ekstern.

Robert MacIver

Robert MacIver melihat perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.

William F. Ogburn

William F. Ogburn menyatakan bahwa perubahan sosial menekankan pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat.

Perubahan sosial dapat pula berupa kemajuan (progress) atau kemunduran (regress). Dalam arti kemajuan, perubahan yang terjadi dalam masyarakat mampu menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan disini dapat diartikan sebagai proses pembangunan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Sebagai kemunduran, perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pada aspek tertentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan. Misalnya, penggunaan tenaga mesin di pedesaan mengakibatkan nilai kegotong-royongan masyarakatnya menjadi luntur, bahkan hilang.

Secara sosiologis, kita dapat mengetahui bahwa perubahan sosial akan selalu mengikuti suatu pola dan arah tertentu yang dapat dipelajari. Selama para ahli sosiologi telah berupaya untuk mempelajari proses perubahan sosial dan mencoba untuk mengerti sifat dan pola perubahan sosial di dalam masyarakat.

Teori Utama Pola Perubahan Sosial

Menurut Lauer, terdapat dua teori utama pola perubahan sosial, yaitu teori siklus dan teori perkembangan.

Teori Siklus

Teori siklus melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki sesamaan atau kemiripan dengan apa yang terjadi sebelumnya. Di dalam pola perubahan ini tidak nampak batas- batas antara pola hidup primitif, tradisional, dan modern. Pola perubahan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 1.1 Pola Perubahan Menurut Teori Siklus
__ __________
Modern / /\ /\ /\
Tradisional { { } { } { }
Primitif \ \/ \/ \/

Di dalam perubahan ini, tidak ada batasan yang jelas antara pola hidup primitif, tradisional, dan modern.

Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus dilalui oleh masyarakat. Namun, mereka berpandangan bahwa proses peralihan masyarakat bukanlah berakhir pada tahap "akhir" yang sempurna, melainkan berputar kembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Oswald Spengler (1880-1936), seorang ahli filsafat Jerman, berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses perputaran itu memakan waktu sekitar seribu tahun. Pitirim sorokin, seorang ahli sosiologi Rusia, berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Ketiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. 

Baca Artikel Pendidikan Lainnya.

Komentar

Postingan Populer